Senin, 04 Agustus 2014

School story

si macan pengembala di kandang domba kecil ( little lamb school)


pengembala,apa yang anda pikirkan jika mendengar kata ini,pasti di benak kita akan tergambar anak2 lelaki dengan sulingnya,tapi saat ini saya bercerita tentang seorang macan yang mengembalakan domba-domba kecil. it is not real a lion the king of jungle,tapi macan dalam hiperbola,karena macan di sini adalah seorang tokoh pemimpin sebuah lembaga sekolah yang bersarang dalam tubuh seorang perempuan berusia senja,cukup angun namun berseringai iblis bahkan menurut teman dia mirip nenek lampir di beberapa toko film kartun, bagi2 karyawan2nya dia tak lebih dari sosok macan tapi bagi  malaikat bagi parah colega.

let's we begin,kisah ini di mulai saat saya begitu awam dengan dunia pendidikan berlabel internasional di kota metropolita Jakarta,kepulangan dari negara salju dalam keadan setengah sadar akan realita, bisa di bilang masih mengambang setengah bangun dan setengah terjaga. panggilan dari sebuah sekolah yang berlabel internasional dan di tambah lagi ada embel2 dari negara yang saat ini menjadi tren di indonesia melahirkan harapan tersendiri,ya harapan akan pengalaman baru,ilmu baru dan masa depan yang lebih baik,dengan segala ke optimisan itu berangkatlah aku menuju jakarta,ibu kota negara tercinta,walau sedikit harus mengelurkan modal untuk sebuah interview akhirnya berangkat juga,demi sebuah kehidupan baru menjadi guru di sekolah internasiol, interview berjalan lancar ,tak ada pertanyan yang begitu sulit,standard pertanyan interview,dan tanpa basa basi dan pertimbangan akhirnya di terima ,kesepakatan training selama 2 mingu sampai dengan 4 mingu dan gaji di putuskan kemudian, dengan segala ke optimisan aku pulang kembali ke salatiga untuk mengambil pakaian, menyiapkan tempat tinggal alisa mencari kos di sekitar sekolah.Semingu kemudian aku datang kembali ke jakarta,karena sangat sulit mencari kos akhirnya aku minta tolong bu max untuk mencarikan kos,akhirnya ketemulah sebuah kos tak terlalu jauh dari kali,dengan bayaran yg cukup mahal untuk kos yang bagiku kos yang paling memprihatikan yang perna aku tempati,jarak lantai dan ata`p kurang dari 2 meter,tanpa jendela dan penerangan yang memadai,di tambah panas dan banyak semut .,ya sudahlah aq nikmati.
Hore........hari yang di nanti datang , the first day to begin my job,hari pertama yang mengesan ketemu dengan anak-anak berparas khas asia timur, apalagi hari pertama masuk training mereka mengenakan pakaian han bok mereka kelihatan menggemasakan. Hari-hari berjalan,  aq menikmati pekerjan ini,kerinduan untuk kembali ke kelas dan mengajar anak- anak memompa semangatku,semingu pertama tak ada keluhan dan berjalan lancar jaya.memasuki minggu kedua aku mulai mendengar seletingan tentamg keluhan- keluhan dari para katwayan,mulai dari jam kerja yg gila2an,ketiadan asuransi,pemotongan gaji yang lain2, itu tak terlalu aku masukan ke dalam hati,semua gosip miring tak menyiutkan langkahku,tapi muncul sedikit kekhawatiran akan kontrak,karena memasuki minggu kedua,dengan hasil komen micro teaching yang good,kenapa belum ada tanda2 aku akan di hire,di tambah lagi saat itu aq rasakan belum ada sedikit training modus,karena memang saat itu sekolah memang tak terlalu butuh guru,kecuali seorang guru di kelas green tapi guru.training datang silih berganti dan tak satupun di hire,memasuki minggu kedua,aku memberanikan diri menanyakan tentang kejelasan kontraku kepada hrd sekolah,tapi mereka jawab trainingku belum 2 minggu dan aku makin merasakan ketidak beresan akan managemen di sekolah ini,dan akhirnya mendapat jawaban yang mengejutkan bahwa aku di minta untuk micro.teaching, semakin tidak beres di tengah emosi yang tidak stabil akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke jawa meningalkan sakit hati dan sedikit dendam tentang uang training yang tak di bayar.kepulangan ke jawa membuat diriku berada dalam titik hopeles akan masa depan,tak tahu kemana akan melangkah,masa depan terlihat begitu gelap,dan akhirnya aku memutuskan untuk berdiam diri,mungkin memberi sedikit waktu istirhat dalam hidup.3 hari setelah kepulanganku,akhirnya aku mendapat telpon kembali dari sekolah yang menyakan keadanku dan ada sedikit angin segar kalau mereka mau memintaku kembali untuk bekerja,sebagai orang yang belum matang dalam negosiasi akhirnya aku iyakan saja untuk kembali tanpa kesepakatan yang matang,daripada aku menganggur ya paling tidak walau sedikit aku punya penghasilan.

keberangkatan kedua ke jakarta,tidak sesemangat dulu,bahkan ada sedikit ketakutan,takut akan di permainkan kembali oleh sekolah tersebut,kucoba tepis semua dugaan itu akhirnya melangkah,apapun yang terjadi terjadilah,ketakutan yang aku pikirkan tidak terjadi akhirnya aku resmi mendapat kontrak dan bergabung dengan sekolah tersebut.
perjalan baru di mulai,lembaran demi lembaran akan ku tulis mengenai pengalaman perjalananku di dibsekolah itu.
Great team work dan teman seperjuangan


Suasana kerja term break

Tetap narsis walau di siksa 

hampir semua pegawai di sekolah itu bisa di bilang penuh dengan u
neg uneg,tapi so far they enjoy what they do,walau sedikit kadang ada keluh kesah tapi paling tidak tawa lebih sering menghiasi wajah-wajah kami bahkan kadang wajah2 lelah kami,berbagi dan merasa senasib sepenangungan itulah yang membuat  team dan hubungan di antara kami solid,kesolitan itu terlihat dari seringnya gosip2 segar menemani hari-hari kami yang melelahkan. Sharing makanan adalah hal yang paling indah, Aya adalah donatur sumbangsi yang paling sering membawa jajanan pasar tiap pagi, yang sangat lumayan bagiku seorang anak kos, saling membantu jika yang lain terkena masalah dan mencoba mencari solusi bersama-sama walaupun dan yang paling penting adalah teman-teman kerja di sana adalah pendengar yang baik, team penyemangat yang handal untuk membuat hari-hariku bewarna, dan dari mereka aku banyak belajar baik dalam hal pengajaran dan pengembangan pribadiku yang lebih baik, bukan hanya dengan para guru keakraban terjadi, bahkan di antara guru dan para ob, di sekolah inilah aku rasakan tidak ada bawahan atau atasan di antara para pekerja sesama indonesia, bagi kami mas-mas OB especially mas mul dan mas tono adalah teman, jasa mereka sangat2 aku rasakan di saat kelas sedang sibuk terutama saat makan siang dan pelajaran art and craft. Keluh kesa tentang kerjaan di sini sering kadang seperti lelucon yang siap di tertawakan,tapi kesulitan demi kesulitan itu bisa teratasi saat merasa senang, aku mencintai pekerjaan itu, walaupun ujungnya aku harus lari dari arena karena alasan simple ketidaknyaman dengan partner di kelas kedua.

Presure in the work like mesin press dan teacher multi fungsi


Kehebatan team work di antara kami para karwayan di kantor, semakin membangkitkan semangat macan pengembala untuk mempress tenaga para teacher sebagai mesin, kenapa sebagai mesin, normalnya jam kerja menurut peranturan perundang –undangan ketenaga kerjaan adalah 8 jam sehari,dengan 30 menit istirahat, ini sangat berbanding terbalik dengan keaada di kantor, bagi mereka pekerja tidaklah ubah dengan mesin pencetak uang, si macan sangat haus akan uang, jadi setiap anggaran yang bisa di cut akan di cut , sehingga jumlah pekerja terutama di bagian cleaning tidak seimbang dengan kerjaan, al hasil di mamfaatkanlah tenaga para guru untukmengerjakannya jadi di sini semua guru di multi fungsikan sebagai guru, cleaning servis, tukang akut barang2 di saat pindah, kepindahan sekolah di awal tahun merupkan derita dan rodi yang sangat tidak masuk akal bagi semua para pekerja di sana, 10 hari kerja 9 jam sehari, tanpa ada makanan sejenis snack atau minum, makanan tiap hari di kasih tempe, kangkung dan tahu, hanya sekali di kasih nasi padang senilai 12 ribu untuk membayar 90 jam kerja kita para guru untuk mengangkut semua barang satu sekolah dan di ujung Cuma di kasih uang 50 ribu, what the Hell


Traning modus
  Jika guru di sekolah lain identik dengan hanya mengajar, menyiapkan materi, mendapat pelatihan dan evaluasi dalam pengajaran, tidak sepertinya hal di sini, kalau harus di hipebolakan , mereka akan cemplungin ke dalam kolam, mereka tak perlu tahu kau bisa berenang atau tidak, yang pasti kalian harus sampai ketepian “ di sana ada isitlah training dengan patoka waktu training selama 2 minggu up to 1 bulan, tapi trainign di sinilah janganlah kalian bayangkan seperti training yang artinya pelatihan tapi training di sni kalian terjun ke kelas secara langsung, membantu pekerjaan guru, tidak ada pemberitahuan oleh kepala sekolah, jika kita ingin tahu tentang sekolah dan tetek bengeknya ya rajin2lah bertanya kepada para guru lama, dengan senang hati mereka akan memeberi tahumu semua plus and minus sekolah ya walau di ukur lebih banyak minusnya yang kadang membuat banyak para trainer langssung ambil langakh kaki seribu di hari pertama. Berkaitan dengan training akhirnya lama kelamaan aku mulai menyadari bnyak training yang mereka lakukan semacam training modus, selama saya di sana ada beberapa kali kasus terjadi , di saat guru kelas tidak begitu di butuhkan mereka akan buka lowongan untuk mencari para trinie-trainie baru, terutma menjelang event2 tertentu di sekolah, karena training ini sangat mengunguntungk sekolah di mana mereka hanya di bayar 30 ribu dengan jam kerja sama dengan guru biasa, dan dalam 2 minggu belum tentu di hire dan akhirnya mereka mundur teratur, kalaupun di hire di kasih pilihan gaji yang mencekik, karena banyak di antara mereka tak punya pilihan terpaksa di ambil.  
No falitias layak undang-undang ketenaga krjaan
Dalam undang-undang ketenaga kerjaan no..... telah di atur oleh pemerintah bahwa setiap karyawan berhak mendapat fasilitas dari kantor semisal asuransi kesehatan, upah minimal umr, cuti hamil dan bermacam aturan yang telah di tetapkan tapi di sekolah ini tak ada satupun aturan pemerintah yang di ikuti, masalah paling tidak masuk akal adalah sistem pemberian gaji, jika di rata-tara bisa di bilang hampir 80 persen gaji  pokok para guru di bawah umur, akal bulus dan ketamakan si lintah darat bagian keungana seenak udelnya menetapkan pembagaian gaji di mana gaji pokok di minimkan sehingga akan menguntungkan perusahaan dalam pemberian THR. Kedua tidak adalah fasilitas apa2 dari kantor,, baik dalam pengembangan kinerja para guru dengan adanya pelatihan, fasilitas buku yang bisa mendukung pengajaran atau buku bacaan yang bisa menambah wawasan dari para guru, tak satupun dari itu di penuhi. Sakit merupakan kemalangan yang bisa di ibaratkan sudah jatuh tertimpah tangga, dengan tidak adanya fasilitas asuransi kesehatan membuat para guru begitu takut untuk jatuh sakit, apalagi untuk karyawan anak kos sperti sayam karena jangankan asusransi kesehatan dengan tidak punya otaknya kantor akan memotong gaji walaupun telah jelas-jelas terkpar di rumah sakit tetap aja aturan adalah aturan. Hal yang paling miris yang aku rasakan adalah soal cuti melahirkan, dalam undang-undang ketenaga kerjaan menyebutkan bahwa cuti melahirkan untuk para pekerja yang wajib di berikan oleh perusahaan adalah 3 bulan, tapi banyak di antara perusahaan swasta memeberi tonggak waktu sekitar 1 bulan hari kerja which it means 30 hari, tapi di sekolah ini para karyawan hanya akan dapat cuti melaharikan 3 minggu kalender, dan ini saya rasakan sedikit tidak manusiawi , karena di mana proses penyembuhan bagi wanita setalh melahirkan paling tidak 40 hari ( nifas) jika kantor hanya memberikan cuti 3 minggu kalender ini berarti hanya 15 hari,bisa di bayangkan 15 hari kerja, hanya sekian persen dari aturan yang di tetapkan pemertinah , banyak sekali hal yang tidak sesuai dengan aturan pemerintah yang terjadi di sekolah berlabel iternasional yang berkaitan dengan pemerintah, sebagai sekolah asing yang banyak memperkerjakan para guru-guru asing sudah seharusnya para guru yang bekerja di indonesia mendatangkan keuntungan devisa bagi indonesia dengan Kitas tapi di sekolah ini kebanyakan dari tenaga yang di pekerjakan adalah tenaga asing berpisahkan turis sehingga setiap beberapa bulan sekali mereka harus keluar ke singapur dan masuk kembali ke Indonesia, kedua ijin sekolah , dari program preschool yang di buka , hanya tingkat tk yang memiliki izin operasional, semetara di sekolah tersebut mereka juga membuka usaha preschool satu kelas toddler dan 2 nursery dan itu semua tak punya ijin yang resmi sehingga waktu saya di sana perna terjadi pemeriksaan dari Dinas pendidikan terpaksa kelas Toddler dan Nursery di ungsikan ke sekolah sebelah, dan saat itulah sunggu miris melihat kebusukan si macan, dan dengan mulusnya semua pemeriksaan bisa lolos karena adanya para penghianat bangsa yang akan saya cerikan di bagian lain.

A boss not a leader

There is really real different between a Boss and a leader, in this school macan itu adalah boss, bukan seorang pemimpin, alasan yang paling simple bisa menggambarkan dia adalah boss adalah Gila Hormat, pujian dan sanjungan dan selalu merasa di butuhkan. Gila hormat, wanita yang berseringai iblis ini amat gila akan penghormatan dari orang2 baik bawahan dan para karyawan, haus akan pujian dan sanjungan, setiap kali ada kesempatan bertemu dengan wanita iblis ini, kita akan selalu mendengar dia bicara  tentang kebaikan dia, charity dan bla..........bla, sehingga mebgharapkan kita akan memuji dia,tapi kenyataannya dia amatlah busuk, kikir, pelit , kasar dan tidak punya belas kasih terhadap bawahan.
Pepatah indonesia mengatakan turutlah ilmu padi semakin berisi semakin merunduk, tapi si nenek ini baru berhasil menghasilkan sedikit artikel yang berkaitan dengan early childhood selalu di gembar gemborkan di media sekolah dan para karyawan di paksa untuk mengelike dan memberi komen. Kadang terpikir olehku ada semacam penyakit psikologi terhadap si nyonya ini, menurutku dia punya obsesi yang besar atau mimpi yang teramat indah semacam jadi pemilik beberapa perusahaan besar,di homati dan merasa di butuhkan namun pada kenyataannya dia hanya seorang pemimpin dari sekolah yang belum kelas internasional yang kalau di nilai dari standard sekolah amatlah abal2. lagunya si nenek telah seperti seorang pakar ahli di bidang pendidikan anak usia dini tapi ternyata amatlah busuk dan sangat tidak pantas untuk di sebutkan fakat dalam pendidikan usia dini, ini terlihat dari satu kasus terjadi, ketika sala seorang orang tua murid complain tentang perkembangan anaknya , dia seharusny sebagai kepala sekolah mencari solusi dan memcoba secara profesional mungkin menyelesaikan masalah, mencari penyebabnya, tapi malah yang terjadi malah sebaliknya dengan tidak warasany si nenek lampir ini melimpah kesalah kepada anak kecil umur 3 tahun, dan yang lebih tidak manusiawinya itu di ucapkan kepada orang tua murid dengan menggunakan kata2 yang amat kasar, sebagai seorang pakar di dunia early childhood pantaskah kata2 itu di ucapkan , apalgi sebagai seorang kepala sekolah???

Habis manis sepah di buang
Ibarat tebu dia hanya akan di ambil manisnya begitu dia tinggal ampas dia akan di buang ke sampah, bahkan kadang tak lupa juga serapa yang di ucapkan karena tidak terlalu menghasilkan, begitu juga banyak yang terjadi dengan para guru di sini tidak ada terima kasih bahkan kata itu terlalu mahal buat nenek...............bahkan mungkin dia tidak mengenal kata itu
Internasioanl Kw abal2
Indonesia adalah negara tujuan produk-produk aspal yang sangat laris manis di jual di pasaran, semua barang bisa di temukan dengan mudahnya yang mirip asli tapi ternyata palsu atau di telinga seering di sebut KW, dan tingaktan kwpun ada banyak dari kw super sampai kw abal2 alias kelas 3, nah bagiku dan menurutk pengalaman yang aku rasaka cukup pantas sekolah ini di sebut Internasional abal-abal alias KW karena pada dasarnya sekolah ini mempunyai sekolah yang asli bernama sama dan berlokasi di negara asal para murid berasal, walau aku ragu tak mungkin sekolah ini branch dari sekolah asli tersebut, jadilah marila kita menyebut sekolah ini Kw abal, ada cukup banyak alasan yang bisa jadi pertimbangan untuk menyebutkan sekolah ini aba-abal: dari segi fasilitas, kurikulum, dan managemen:
Fasilitas sekolah adalah hal yang paling menjadi keluhan utama para guru, sebagai sekolah bergerak di bidang pra sekolah di mana usia anak didik sekitar 1,5-5 tahun, usia di mana mereka begitu exicited dengan hal yang berbau main, karena memang dunia mereka untuk bermain, mengexplore dunia sambil belajar, dan hal yang paling di butuhkan adalah sarana di mana mereka bisa bermain sambil belajar, tapi di seolah ini sangat sedikit mainan yang edukatif yang di beli dari toko mainan yang khusus menjual mainan2 edukatif, kebanyakan mainan di sini adalah sisa barang loak dari seorang guru, sehingga kalau di tanya kondisi hampir semua sudah broken J, mobil2an yang rodanya tinggal 2, atau boneka yang warnanya telah kusam, dan jarang sekali ada pergantian permainan di kelas, karena memang terbatasnya jumlah maianan, tidak seperti sekolah lain yang menyediakan budget untuk pembelian mainan setiap tahun, di sekolah ini jarang sekali, bahkan hampir tidak perna ada sepanjang 4 term aku berada di sekolah tersebut, padahal mainan merupakan sarana penting dalam pembelajaran bagi anak2. Kedua kurikulum, umunya setiap sekolah memiliki paduan kurikulum dalam mengajar, kurikulum yang di pakai di kebanyakan prasekolah adalah kurikulum berbasis piaget, montesory , multi intelegenty,dan di sekolah ini kurikulum tak jelas jadi guru berpatokan pada internet dan mbah google adalah reffence paling setia dalam mencari bahan mengajar karena tidak ada patokan mengajar buku, flowchart dan syilabus, selain setiap bulan hanya di berikan tema yang berbeda, dan dari tema itu anak2 akan di ajarkan seperti apa silahkan guru berkreasi sendiri2 dan memamfaatkan barang2 bekas yang ada adalah hal yang paling sering di lakukan parah guru, kalau tidak mencari barang2 yang gratis, roll bekas tissue toilet adalah hal yang paling murah di dapatkan, atau memamfaatkan sisa dari dapur semacam kulit telur. Keterbatasan bahan prakarya sangat-sangat memperhatikan sehingga kadang ide yang selalu di miliki para guru tak bisa terlaksanakan karena ketidak tersedian bahan-bahan yang ada.  
Selentingan tentang para penghianat bangsa
Bangsa Indonesia memproklamsikna kemerdekan pada tanggal 17 agustus 1945 dan itu sekitar 70 tahun ya lalu, is the real freedom happen?? Jawabannya tidak karena hampir semua sektor indsutri raksasa di indonesia adalah milik asing, dan hanya segelintir bangsa ini yang menjadi tapuk pada sektro penting industri , semua hampir di jajah asing, bahakan sekolah tempat saya kerja ini adalah, dan tentu ssemua orang kaget bagaiman dengan begitu muda sekolah atas kepemilikan yang bukan asli pribumi bisa berjalan mulus , tanpa hambatan, dan mungkin juga tanpa byar pajak, tentulah itu ada campur tangan orang dalam alis orang kita sebangsa dan setanah air. Harus di sebutk apakah orang seperti ini? Di kepalaku hanya patut di sebut penghinat bangsa, kenapa mereka pantas di sebut penghinat bangsa ya karena memudahkan urusan orang Asing untuk menjajah bangsa kita secara tidak langsung. Di sekolah ini ad segelintir orang yang aku temui rela menjadi penjilat dan penghianat bangsa demi sedikit uang dan pangkat, kalau aku telisik lebih jauh mereka tak lebih dari alat bagi si penjajah untuk meloloskan niat mereka mengumpulkan kekayaan, memang miris tapi itulah kenyataannya. Sedikit sakit kadang melihat orang2 ini menjadi kepercayaan sang penjajah seharusnya kesempatan itu di gunakan untuk memperjuangkan nasib kaum bangsa sendiri tapi si pilon malah berlagak seperti penjajah, berlagak kaya punya kuasa bahkan terkesan angkuh kadang2 di depan sesama bangsa sendiri.



Itulah sekolah itu kawan...............